PT Adiguna Cakra Semesta Sukses Gelar Seminar P2 HIV-AIDS dan TBC untuk Kesehatan Karyawan - Alif MH - Info

Friday, August 8, 2025

PT Adiguna Cakra Semesta Sukses Gelar Seminar P2 HIV-AIDS dan TBC untuk Kesehatan Karyawan

 

PT Adiguna Cakra Semesta Sukses Gelar Seminar P2 HIV-AIDS dan TBC untuk Kesehatan Karyawan
Poster Seminar Kesehatan PT Adiguna Cakra Semesta

Tangerang Selatan, AlifMH.info — Seminar kesehatan bertajuk “Pencegahan dan Penanggulangan (P2) HIV-AIDS dan Tuberkulosis (TBC)” diselenggarakan pada Jumat, 8 Agustus 2025 di kantor PT Adiguna Cakra Semesta (ACS). Acara yang menghadirkan dr. Hanif Rahman dari Yayasan Kasih Globalindo sebagai pembicara ini diikuti oleh karyawan dan pemangku kepentingan perusahaan dengan tujuan meningkatkan pemahaman serta kesiapsiagaan di tempat kerja terhadap dua penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat tersebut.

Sebelum pemaparan materi, Direktur Utama PT Adiguna Cakra Semesta, Ibu Sugiarti, memberikan sambutan pembukaan. Dalam sambutannya Ibu Sugiarti menegaskan komitmen perusahaan terhadap keselamatan dan kesehatan kerja:

“Kesehatan karyawan adalah prioritas utama perusahaan. Melalui seminar ini kami berharap seluruh tenaga kerja memperoleh pemahaman yang tepat tentang pencegahan dan penanganan HIV serta TBC, sehingga lingkungan kerja menjadi lebih aman dan produktif.”

Ibu Sugiarti juga mengajak seluruh peserta untuk aktif mengikuti rangkaian edukasi dan memanfaatkan fasilitas pemeriksaan kesehatan yang disediakan perusahaan.

PT Adiguna Cakra Semesta Sukses Gelar Seminar P2 HIV-AIDS dan TBC untuk Kesehatan Karyawan
Dokumentasi sesi Penyerahan Plakat dari Yayasan Kasih Globalindo kepada PT Adiguna Cakra Semesta

Dalam paparan materinya, dr. Hanif menekankan bahwa tuberkulosis merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dan umumnya menyerang paru, namun dapat pula mengenai organ lain. Penularan terjadi melalui droplet udara saat pasien batuk, bersin, atau meludah; bila pasien TBC tidak segera mendapat pengobatan terdapat risiko menularkan kepada 10–15 orang di sekitarnya. Gejala, kelompok berisiko (termasuk kontak serumah, penderita HIV, perokok aktif, pasien diabetes, anak-anak, lansia, dan populasi marjinal), serta jenis-jenis TBC dibahas secara sistematis selama sesi. dr. Hanif juga menyoroti pentingnya prinsip 3T—Tepat waktu, Tepat cara, Tepat dosis—dalam pengobatan TBC serta peran Terapi Pencegahan TBC (TPT) untuk mencegah orang yang terinfeksi berkembang menjadi sakit.

Selain itu, seminar membahas langkah penanggulangan TBC di lingkungan kerja. Rangkaian rekomendasi yang disampaikan meliputi penyusunan kebijakan penanggulangan TBC di perusahaan, sosialisasi dan edukasi, penemuan kasus, penanganan kasus, serta dukungan rehabilitasi bagi pekerja pasca-pengobatan sehingga mereka dapat kembali bekerja apabila dinyatakan layak oleh tenaga medis. Sesi juga mengupas mitos umum seputar TBC (misalnya: TBC tidak hanya menular lewat berbagi alat makan; TBC dapat diobati sampai sembuh) untuk memperbaiki stigma dan miskonsepsi di komunitas kerja.

Pada sesi HIV/IMS (Infeksi Menular Seksual), dr. Hanif memaparkan hubungan antara IMS dan risiko penularan HIV: IMS berfungsi sebagai ko-faktor yang meningkatkan kerentanan seseorang terhadap HIV, dan penderita HIV lebih rentan terinfeksi IMS lainnya. Materi mencakup definisi HIV, perbedaan HIV dan AIDS, masa jendela (window period), jalur penularan (seksual, darah, ibu ke anak), serta cairan tubuh yang mengandung konsentrasi virus tinggi. Peserta diberikan penjelasan praktis mengenai pemeriksaan untuk mendeteksi HIV (rapid test, ELISA) dan pentingnya skrining terutama setelah adanya perilaku berisiko.

PT Adiguna Cakra Semesta Sukses Gelar Seminar P2 HIV-AIDS dan TBC untuk Kesehatan Karyawan
Dokumentasi Pelaksanaan Seminar Kesehatan PT Adiguna Cakra Semesta

Sebagai bagian dari upaya pencegahan dan pengendalian, seminar menekankan beberapa pesan kunci: perilaku seks aman (termasuk penggunaan kondom), tidak berbagi jarum suntik, program skrining donor darah, pencegahan penularan dari ibu ke anak, serta protokol kewaspadaan standar bagi tenaga kesehatan. dr. Hanif juga membahas terapi ARV (antiretroviral) sebagai pengobatan yang menekan jumlah virus sehingga meningkatkan kualitas hidup Penderita HIV. Konsep U = U (Undetectable = Untransmittable) disampaikan sebagai bukti bahwa ODHIV yang mencapai viral load tidak terdeteksi (≤ 50 copies/ml) tidak menularkan HIV kepada pasangan seksualnya, asalkan pengobatan dan pemantauan terpenuhi.

Seminar diakhiri dengan sesi tanya jawab dan penegasan bahwa deteksi dini, pengobatan yang patuh, serta kebijakan dukungan perusahaan adalah kunci menekan risiko penularan di lingkungan kerja. PT ACS sebagai penyelenggara mengimbau seluruh tenaga kerja untuk berperan aktif dalam program pencegahan dan memastikan akses ke pemeriksaan serta layanan kesehatan yang tepat.

ا MH ]

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda